Kemarin diskusi ditanya kenapa Noordin M. Top tidak pernah membom Kuala Lumpur? Tentu saja, aku tidak tahu jawabannya, tetapi yang menarik, pertanyaan semacam itu sudah memenuhi benak banyak orang di Indonesia. Apakah dia takut bom itu terkena bapak dan ibunya, atau terkena sanak keluarga dekatnya, atau tetangganya? Kalau soal "maksiat" bukankah ada tempat "maksiat" yang benar-benar nyata yaitu lokalisasi perjudian di Genting Highland yang nampak megah ketika malam dari Kuala Lumpur, apakah itu tempat perjudian yang "halal" untuk Noordin M.Top?
Aku cuma bisa cerita beberapa kali ke Twin Tower Kuala Lumpur, juga ke hotel-hotel di Kualalumpur, tak pernah ransel dan tasku diperiksa, sangat dan teramat longgar. Terakhir menjelang Pemilu Legislatif 9 April 2009, aku diundang TV Al Jazeera, menginap di Nikko Hotel Kualalumpur, lalu rekaman di lantai 60an Twin Tower Kualalumpur, juga tak ada sedikitpun tas dan ranselku dibuka dan diperiksa pihak keamanan Nikko Hotel maupun Twin Tower. Kalau melihat CCTV JW Marriot dan Ritz Calrton pas pelaku peledakan chek-in sungguh sangat luarbiasa berlapisnya, ada sekuriti dengan "pentung pengaman" (entah apa namanya?) juga ada pintu sekuriti, serta ada penggeledahan. Artinya, Twin Tower dan Nikko Hotel Kuala Lumpur adalah soft-target dan high-profile untuk teroris sekelas Noordin M. Top, bukan?
Celakanya, Kompas memuat pernyataan luarbiasa dari Mendagri Malaysia (Selasa 21/7) Hishammuddin Hussein bahwa belum ada petunjuk yang nyata Noordin M Top, warganegara Malaysia, berada di balik dua bom bunuh diri di Jakarta. Apakah Mendagri Malaysia sudah melakukan investigasi lengkap hingga mampu mengeluarkan pernyataan sepenting ini, lebih cepat daripada pihak berwajib di Indonesia? Apakah badan intelijen dan kepolisian Malaysia lebih hebat daripada BIN dan Kepolisian Indonesia, sehingga Malaysia sudah tahu Noordin M Top tak terlibat pengeboman Marriot-Carlton II pada 17 Juli 2009?
Tentu saya juga bertanya-tanya, setelah membaca berita ini, "Rumah Muhammad Nasir (ayah terduga teroris Nur Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Sahid) itulah yang hari-hari ini banyak didatangi wartawan dan polisi. Bahkan, polisi itu membawa Muhammad Nasir, istrinya, Tuminem, dan salah seorang anaknya yang juga adik Nur Hasdi, Safrudin, Senin (20/7) subuh. ”Pak Muhammad Nasir tampaknya dijemput sekitar pukul 05.00 dengan menggunakan dua mobil Kijang. Dua mobil itu tiba setengah jam sebelum subuh. Petugas langsung menjemput Pak Nasir, Tuminem, dan Safrudin. Ketiganya diajak pergi tanpa sempat mandi,” kata Suwabadi, Kepala Urusan Umum Desa Katekan. Tidak jelas dibawa ke mana mereka. Tanpa pengacara (bukankah ini negara hukum?).
Begitu sigapnya polisi "menyergap" keluarga terduga teroris Nur Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Sahid di Indonesia. (Walaupun saya juga bertanya-tanya, apakah masuk akal dan tidak melanggar HAM mengaitkan secara langsung kegiatan Nur Hasdi/Nur Hasbi/Nur Sahid dengan ayah-ibu dan keluarganya, karena saya pernah mengalami ketika ditahan militer Soeharto-Orba tahun 1989 karena menolak "Soeharto dan Orde Baru di ITB" orangtua sayapun yang pegawai negeri ikut juga diperiksa "keterlibatannya", ini khas Negara Totaliter-Militeristik Orde Baru yang mencurigai semua warganegaranya. Saya ditangkap dan orangtua diperiksa juga TANPA PENGACARA (tetapi Orba jelas bukan negara hukum bukan?). Sukurlah Soeharto terguling, Orde Baru bubar jalan, tapi anakbuahnya tetap berkuasa bukan? Kalau gaya pelanggaran HAM itu di masa rezim militer-fasistik Orde Baru, lalu sekarang ini di masa rezim apa? Rezim anak-buahnya Soeharto?)
Tetapi, sekali lagi tak ada tindakan serupa dari pihak Malaysia terhadap keluarga Noordin M.Top (misalnya saja bapak atau ibu atau kakak atau adik atau nenek atau kakek Noordin M.Top disuruh pemerintah Malysia untuk menghimbau di televisi Indonesia dan Malaysia agar Noordin M.Top tidak lagi membunuhi orang di Indonesia), bahkan dengan gagah pihak Malaysia juga dengan enteng Medagri Malaysia menyatakan "belum ada petunjuk yang nyata Noordin M Top, warganegara Malaysia, berada di balik dua bom bunuh diri di Jakarta."
Tentu banyak pertanyaan yang muncul, mesti ada upaya menjelaskan benang-kusut ini, atau ada peneliti serius untuk membuka persoalan ini? Siapa Noordin M.Top? Mengapa berkeliaran di Jakarta bukan di Kuala Lumpur atau Singapura? Lalu kenapa Noordin M.Top tidak MEMBOM Kuala Lumpur saja? Atau Singapura?
(sumber : Politikana.com)
Rabu, 22 Jul '09 13:54
Tag: singapura, Ritz Carlton, Bom JW Marriot, noordin m top, kualalumpur, nur hasdi, nur hasbi, nur sahid